Tafsir dan Tadabbur Surat Al-Qadr
Tafsir dan Tadabbur Surat Al-Qadr
Ramadhan tahun tidak lagi sama, wabah yang melanda di bumi kita membuat sedikit terganggunya proses kita dalam beribadah kepada sang kuasa. Tapi kita harus tetap menjalani dan selalu menyikapinya dengan sabar dan syukur. Tak terasa kita sudah memasuki 10 hari kedua di bulan Ramadhan dan sebentar lagi atas izin Allah kita akan memasuki 10 hari terakhir dan akan meninggalkan bulan yang sangat mulia ini. Lailatul Qadr tentunya sangat istimewa bagi umat muslim pada umumnya dan 10 malam terakhir saat pelaksanakan solat taraweh didaerah saya khususnya sangat identik dengan pembacaan surat Al-Qadr. Agar kita dapat lebih meresapi nya berikut arti dan penjelasan dari surat Al-Qadr
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (5)
Surah Al-Qadr terdiri dari 5 ayat, 30 kata dan
114 huruf. Surah Al-Qadr adalah surah ke-97 berdasarkan susunan mushaf dan
surah ke-25 sesuai urutan pewahyuan Al-Quran serta tergolong sebagai surah
Makkiyah. Dari sisi isi, surah Al-Qadr termasuk sebagai surah Al-Ausath
Al-Mufasshalat yaitu surah-surah kecil Al-Quran dan berada dalam jejeran
surah-surah juz ammah dan pada akhir hizb ketiga juz 30 Al-Quran.
( إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ) “Sesungguhnya Kami
menurunkannya…”. Dhamir pada kata (إِنَّا) kembali kepada lafadz Allah
‘Azza wa Jalla. Sedangkan pada (أَنْزَلْنَاهُ) kembali kepada Al Qur’an. Pada
ayat ini Allah Subhana wa Ta’ala menyebut DiriNya dengan sebutan pengagungan
karena Allah Subhana wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Agung yang tidak ada yang
lebih agung daripada Nya. Terkadang Allah menyebut DiriNya dengan menggunakan
bentuk pengagungan (Dhamir jama’ berupa ‘Kami’) sebagaimana pada
ayat ini.
Kemudian makna (أَنْزَلْنَاهُ) pada firman Allah
diatas, sebagian ulama mengatakan bahwa Allah Subhana wa Ta’ala menurunkan Al
Qur’an secara keseluruhan pada satu kesempatan di malam Lailatul Qadr dari Al
Lauh Al Mahfudz ke Baitul Izzah. Kemudian Allah Subhana wa Ta’ala menurunkannya
secara berangsur-angsur ke pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Seperti
pada hadits Nabi, riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, beliau
mengatakan “Alquran dipisahkan dari
ad-Dzikr (Lauhul Mahfudz) lalu diletakkan di Baitul Izzah di langit dunia.
Kemudian Jibril menyampaikannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR.
Hakim dalam al-Mustadrak 2/223, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 10/533, dan
dishahihkan oleh ad-Dzahabi).”
Allah ta'ala memberitahukan bahwa Dia
menurunkan Al-Quran (فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) pada waktu Lailatul Qadar, yaitu
suatu malam yang penuh berkah. Sebagian ulama berpendapat bahwa makna (الْقَدْرِ)
adalah kemuliaan. Berdasarkan firman Allah SWT (.. إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ
مُبَارَكَة) “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam
yang diberkahi.” (QS.
Ad Dukhan [44] : 3). Ibnu Katsir berkata,”(Malam yang diberkahi) itulah
Lailatul Qadr, (yang terjadi) pada bulan Ramadhan, sebagaiman firman Allah
Ta’ala ( شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ ) “Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur`an).”
Pada ayat berikutnya Allah berfirman: ( وَمَا أَدْرَاكَ
مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ) “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?”.
Muhammad Amin Asy Syinqithi berkata: “Pengulangan pertanyaan ini adalah sebagai
pengagungan, seperti (juga) firman Allah pada surat Al-Qari’ah ayat 1-3.
Kemudian di ayat selanjutnya Allah Ta’ala berfirman ( لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ
مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ )“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. Ketika malam kemuliaan itu menyerupai
ibadah selama 1000 Bulan maka ditegaskan di dalam Kitab as-Shahihain
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa qiyamullail pada lailatul qadar
karena iman dan mengharapkan perhitungan (pahala), diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan firman Allah Ta’ala ( تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ
وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ) “Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur
segala urusan.” Sebagian besar ulama menafsirkan (الرُّوحُ) adalah Jibril,
seperti pada surat An-Nabaa’ ayat 38. Wallahu a’lam. Dan firman Allah ( بِإِذْنِ
رَبِّهِم ) maksudnya ialah, mereka (para malaikat) turun dengan izin Rabb
mereka, dengan segala sesuatu yang telah Allah tentukan pada tahun tersebut,
dari masalah rezeki, ajal, dan perkara lainnya. (Tafsir Ath Thabari (30/315),
Al Jami’ Li Ahkamil Qur`an (20/124), dan Al Qurthubi berkata, bahwa ini adalah
perkataan Ibnu Abbas.)
Firman Allah SWT (.. مِّن كُلِّ أَمْر ) “untuk mengatur segala urusan.” Mujahid
mengatakan : “Malam kesejahteraan untuk mengatur semua urusan.” Seperti firman
Allah pada ayat terakhir surat Al-Qadr ( سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
) “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. Maksudnya
ialah, pada malam Lailatul Qadr penuh dengan kebaikan dan keberkahan
seluruhnya, selamat dari segala kejahatan dan keburukan apapun dan syaitan
tidak dapat berbuat kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi
harinya.
REFERENSI :
REFERENSI :
-Tafsir Ibn Katsir
-Budiman,
Aditya. 2012. Tafsir Surat Al Qadr. https://muslim.or.id/9967-tafsir-surat-al-qadr.html
0 Response to "Tafsir dan Tadabbur Surat Al-Qadr "
Posting Komentar